Kamis, 23 Oktober 2014

Seperti Apa sih Pola Asuh Orangtua Yang Benar?

Seperti apa sih pola asuh orangtua yang benar.? pasti pertanyaan seperti ini pernah dan bahkan sering muncul dalam pikiran setiap orangtua yang memiliki anak. Bahkan banyak orangtua yang takut salah dalam menerapkan pola asuh terhadap anak-anak mereka, apa lagi bagi mereka yang dua-duanya sibuk dengan rutinitas dunia kerja masing-masing. Salah menerapkan pola asuh berarti menghambat perkembangan anak.
 
Gambar 1.1 Pola Asuh Orangtua yang salah dapat menyebabkan trauma phisikologis dan kejiwaan anak-anak. Sumber Photo : Shuterstok
Pola berarti bentuk / tata cara. Sedangkan asuh berarti menjaga, merawat dan mendidik. Pola asuh berarti tata cara untuk mendidik anak.
 
MACAM-MACAM POLA ASUH :
 
Pola asuh otoriter (anak tidak punya hak untuk bersuara)
Dalam pola asuh ini anak dituntut untuk berdisiplin dan berprestasi tinggi, tetapi dia tidak boleh mengungkapkan pendapat apalagi mengutarakan keberatan-keberatannya. Orang tua ingin anak mengikuti kehendaknya tanpa banyak bertanya alias manut saja pada apa pun yang dikatakan orang tua. Selain membuat anak terkekang, kreativitas dan kebebasannya juga terpasung. Anak menjadi tidak berani mencoba hal-hal baru. Anak cenderung tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri, rendah diri,tertutup, dan sulit bersosialisasi.

Pola asuh permisif (anak tidak diberi batasan yang jelas)
Kebalikan dari pola asuh otoriter, disini orang tua justru memberikan kebebasan pada anak untuk melakukan keinginannya sehingga kreativitasnya dapat berkembang. Sayangnya, orang tua tidak memberikan batasan yang jelas tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, sehingga anak sulit membedakan mana yang benar dan salah, yang baik dan buruk. Dalam benak anakyang ada hanyalah pemahaman, dia boleh melakukan apa yang disukai tanpa memperhatikan akibatnya buat diri dan orang lain. Kebebasan yang di berikan tanpa beban kewajiban atau target apapun, juga membuat anak rendah berprestasi.

 Pola asuh otoritatif (menerapkan pola asuh demokratis)
Dalam pola asuh ini disiplin dan tuntutan, tetapi juga ada kebebasan. Jadi, anak boleh melakukan apapun yang dia inginkan sepanjang hal itu memang positif, dan akan dilarang bila merugikan. Orang tua hanya memonitor dan menjelaskan standar yang mereka inginkan kepada anaknya tanpa membatasi kebebasan anak berekspresi. Pintu diskusi pun terbuka lebar. Anak-anak yang dibesarkan dalam suasana demokratis ini akan tumbuh dan berkembang optimal, baik dalam hal kreativitas maupun kepribadiannya.

“Anak nakal tidak dilahirkan; mereka di bentuk oleh orang tua yang tak pernah menindak lanjuti tingkah laku yang buruk dengan konsekuensi yang tegas, dan di pertegas dengan ketidak mampuan orang tua berkomunikasi ”
(Debora Carrol &Stella Reid-Nanny 911)

 
Berikut beberapa perilaku orang tua yang salah :
  1. Ketika orangtua membentak dan berteriak, maka si anak akan melakukan hal yang sama.
  2. Ketika orang tua tidak mau bekerja sama dan meremehkan anak, maka anak tidak akan mau lagi bekerjasama.
  3. Ketika tidak ada konsekuensi terhadap kenakalan, anak-anak menjadi tidak bisa mengendalikan diri.
  4. Ketika orang tua memanjakan anak karena merasa bersalah, anak akan berubah menjadi putri dan diva yang manja
  5. Ketika orang tua tidak tahu apa yang harus dilakukan, maka anak akan menentukan sikapnya sendiri.

Kesalahan dalam mengasuh dan dampak negatifnya :
1. Sengaja tidak memberikan ASI
 Anak akan tumbuh lebih ringkih, IQ mengalami hambatan dalam perkembangan, hubungan emosi dan kelekatan anak dan orang tua jadi berjarak.
 
2. Tidak menyapih dari susu botol
menjadi bahan ledekan teman, menimbulkan rasa kehilangan yang mendalam pada anak menjadikan anak gelisah dan rewel sehingga mempengaruhi rasa percaya diri.
 
3. Terlambat memberi makanan padat
kebutuhan gizi anak tidak tercukupi, anak jadi susah makan dan pemilih makanan, mempengaruhi mentalitas anak; terbiasa instan, serba cepat dan tidak sulit. Mempengaruhi tingkat motivasi, ketekunan, daya tahan, mempengaruhi kemampuan adaptasi sehingga kedepannya anak menjadi pribadi yang kaku dalam bergaul.
 
4. Masih menyuapi anak
tidak tumbuh tanggung jawab, penguasaan keterampilan makan menjadi terlambat, dapat menjadi bahan ledekan.
 
5. Memaksa anak makan
muntah, membenci makanan, berbohong.
 
6. Gonta-ganti pramusiwi
anak menjadi bingung, mengalami rasa kehilangan, anak menjadi tidak terurus
 
7. Tidak melatih ke toilet
keterlambatan dalam bertanggung jawab, ketidak pedulian terhadap kebersihan, anak menjadi kurang peka / antisipasi kurang, menjadi bahan ledekan teman.
 
8. Tidak mengajarkan disiplin
ketidak disiplinan sejak dini menyebabkan anak sulit memfokuskan diri pada satu kegiatan sampai usai. Dia pun sulit untuk berfikir dan mencari solusi dari setiap masalah yang di jumpai.
 
9. Tidak memberi stimulasi
perkembangan anak menjadi terhambat, misal; perkembangan motorik kasar dan halus anak tidak optimal, kemampuan berbahasa anak kurang berkembang, kemampuan mencari solusi, kreativitasnya berkembang tidak optimal.
 
10. Terlalu mengkhawatirkan kesehatan anak
diberikan vitamin secara berlebihan, anak dipaksa makan, terlalu ekstrim pada kebersihan sehingga jadi paranoid terhadap lingkungan anak.
 
11. Tak membolehkan main kotor-kotoran
Motorik halus anak kurang terlatih terutama pada perkembangan rangsang sentuh, kreativitasnya terhambat karena kurang dapat berimajinasi dan membayangkan sesuatu dari bahan yang digunakan bermain, kemampuan mengopservasi dan memahami hal atau obyek tertentu kurang terlatih, kurang kesempatan belajar mengenahi konsep dasar matematika seperti, ukuran, bentuk, banyak-sedikit, kosong-penuh, klasifikasi, membuat urutan dan sebagainya.
 
12. Terlalu mengkhawatirkan lingkungan sosialisasi anak
Anak jadi takut/kepercayaan anak terhadap lingkungan sangat rendah, anak jadi pengekor, anak menjadi kurang percaya diri, kemandirian anak terhambat, anak tunbuh menjadi anak yang pasif , anak menjadi sulit bersosialisasi.
Kunci sukses pengasuhan anak terletak pada perasaan cinta dan kasih sayang orang tua yang paling dalam untuk anak


Menurut Ary Ginanjar dalam bukunya (ESQ) New Edition dan Nasehat Asmaul husna; kunci sukses yang penting dalam berinteraksi dengan anak:
 
1. Menyayangi dan mengasihi anak
Memberikan perhatian dengan setulus hati tanpa mengharap balasan, selalu ada ketika di butuhkan anak.
 
2. Meluruskan niat
terus memperbarui niat, agar kita dapat menerima dengan ikhlas setiap perilaku yang di tunjukkan anak
 
3. Menjaga kepercayaan mereka
hindarkan menjadikan rahasia anak bahan olok-olok, meskipun anak tidak dapat mendengar langsung. Laksanakan janji kita untuk menjaga rahasia.
 
4. Jadilah orang tua yang pantas di segani
anak akan lebih mudah diajak bekerja sama jika dia menghormati kita, yaitu dengan tidak “omdo” omong doang tapi langsung memberi contoh bagaimana bersikap yang baik dan benar.
 
5. Berfikir besarlah tentang anak
ketika anak berperilaku tidak baik janganlah kita mengecilkan potensinya, tetap berfikir besar tentang potensi yang anak miliki.
 
6. Didik dan berilah bimbingan
Mendidik tidak sama dengan mengajar, mengintruksikan, apalagi memerintahkan. Untuk mengubah perilaku yang buruk menjadi baik, anak tidak cukup di beri pengetahuan soal baik buruk. Dia juga harus dikenalkan dan dibiasakan dengan nilai-nilai kebaikan. Pembiasaan hanya bisa dicapai melalui pemberian contoh dan bimbingan terus-menerus.
 
7. Berbesar hati dan kuatkan mental
orangtua perlu latihan berbesar hati dalam setiap keadaan, terutama saat kecewa; tidak mudah mengeluh, putus asa, mengomel, ngambek ketika anak berperilaku negatif serta bersikap tenang dan berfikir positif.
 
8. Berikan perhatian
perhatian adalah pemberian yang tak ternilai harganya bagi anak, cobalah berikan perhatian secukupnya terutama pada perasaan mereka.
 
9. Jadilah orangtua pemaaf
seperti apapun menjengkelkan sikap anak kita, maafkanlah, jika merasa sulit maka ingatlah perilaku-perilakunya yang baik.
 
10. Berkolaborasilah
meski anak tanggung jawab orang tua sepenuhnya, Bukan berarti kita tidak boleh bekerja sama dengan orang lain. Untuk memperbaiki perilaku anak, justru perlu bekerja sama dengan siapa saja yang perlu diajak bekerja sama: pengasuh anak, pembantu, guru disekolah, tetangga,kerabat, bahkan kalau perlu ke psikolog.
 
11. Buatkan perencanaan
bimbing anak untuk membuat jadwal tentang apa yang akan mereka lakukan kedepannya, untuk mendapatkan gambaran kegiatan anak.
 
12. Pelajari perilaku anak
setiap kali anak berperilaku buruk, amati kronologinya dan buat catatan. Setelah beberapa kali kita bisa menemukan pola , apa saja pemicunya, berapa lama perilaku tersebut terjadi, apa saja yang bisa meredakan tingkah buruknya, sebagai bahan antisipasi.
 
13. Kendalikan keinginan mereka
keinginan berbeda dengan kebutuhan, jangan setiap keinginannya dikabulkan, jelaskan pada anak bahwa setiap keinginan tidak harus dituruti.
 
14. Angkat derajat anak
setiap anak punya kemampuan yang berbeda maka hindarilah untuk membandingkan meskipun dengan saudara (kakak/adik) karena hal tersebut dapat menimbulkan perasaan minder pada anak.
 
15. Dengarkan dengan empati
ketika anak marah, bantu mereka memahami perasaan mereka, menemukan kata-kata yang tepat untuk menahan emosi mereka, tetapkan batasan, sambil mencari strategi pemecahan masalah anak.
 
16. Buat keputusan atas perilaku buruk anak
kita perlu menyatakan sikap dan penilaian kita terhadap perilaku buruknya dengan konsekuensi, agar anak tidak semakin memperburuk perilakunya.
 
17. Bersikap adil
sejengkel apapun kita terhadap perilaku buruk anak, tetaplah bersikap adil terhadapnya.
 
18.  Hargai setiap kemajuan anak
untuk sebagian anak, memperbaiki perilaku terasa berat, maka penting sekali menyemangati anak dengan menghargai setiap kemajuan; lewat pujian, ucapan terima kasih, hadiah atau bonus, dll.
 
19. Dorong anak untuk menyukai keindahan
tumbuhkan rasa suka terhadap keindahan dengan melihat keindahan melalui gambar, mengunjungi tempat yang indah, bersih dan rapi, jelaskan bahwa kerapian dan keindahan dapat membuat kita merasa nyaman. Hal itu untuk mengurangi kecenderungan anak untuk merusak barang dan membuat rumah menjadi berantakan.
 
20. Perhatikan pengaduan orang tentang sikap anak
jangan marah, kesal, atau menunjukkan sikap bosan, tiap kali orang lain mengadukan perilaku buruk anak. Terima semua pengaduan dengan sikap netral, lalu cek kebenarannya kepada anak.
 
21. Kokohkan hubungan persaudaraan
jelaskan pada mereka tentang keuntungannya mempunyai saudara, dan betapa rugi bila keuntungannya tidak jadi di peroleh hanya gara-gara bermusuhan.
 
22. Gigih dan konsisten dalam mendidik
sikap ini penting untuk menegakkan peraturan dirumah, jangan gampang mundur saat menghadapi anak berulah.
 
23. Jadilah orang pertama yang menerima anak apa adanya
pastikan anak tahu kita orang tuanya, kita yang pertama menerima dirinya apa danya, termasuk ketika dia melakukan kesalahan.
 
24. Instropeksi
anak terus tumbuh dan berkembang. Perilakunya bisa berubah dari waktu ke waktu, tergantung situasi dan kondisi. Evaluasi terus pola asuh yang kita terapkan. Apakah masi cocok dengan kebutuhan anak? Evaluasi juga perilaku yang kita contohkan sehari-hari kepada anak.
 
25. Jadilah orang tua yang smart
tidak hanya cerdas secara intelektual, orang tua juga harus terus mengasah kecerdasan emosi dan spritualnya. Orang tua perlu banyak menyerap pengetahuan dari berbagai sumber.
 
26. Berdo’a dan bersabar
teruslah berusaha dan berdo’a. tuhan tidak pernah tidur. Tuhan melihat semua usaha kita dan mendengar semua permohonan kita.
 
Nah sekarang apakah kita sudah tau seperti apa pola asuh orangtua yang benar terhadap buah hati kita.? mungkin artikel diatas dapat membantu dan memberikan sedikit penjelasan bagaimana pola asuh orangtua yang benar, dan semoga kedepannya kita dapat menjadi orangtua hebat dan idaman bagi buah hati kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar