Kamis, 25 Juli 2013

Langkah-langkah Penyusunan Prota, Promes, RKM, RKH untuk TK/PAUD

Tidak ada komentar:

Menentukan langkah-langkah penyusunan program semester, mingguan dan harian dalam kegiatan pengembangan di TK/PAUD

Langkah-langkah penyusunan program semester:

  1. Mempelajari dokumen kurikulum yakni pedoman pengembangan program pembelajaran.
  2. Memilih tema yang akan digunakan untuk setiap kelompok dalam setiap semester dan menetapkan alokasi waktu untuk setiap tema dengan memperhatikan keluasan cakupan pembahasan tema dan minggu efektif TK.
  3. Identikfikasi tema menjadi sub tema
  4. Tema-tema yang dipilih dan hasil identifikasi tema menjadi sub tema dapat dibuat dalam bentuk table pada setiap awal tahun pelajaran.

Langkah-langkah penyusunan RKM model pembelajaran kelompok dengan sudut pengaman

  1. Memilih tema dan merinci sub tema
  2. Menentukan kegiatan sesuai bidang pengembangan yaitu nilai-nilai agama dan moral, social emosional,bahasa,kognitif dan fisik
  3. Membuat matriks hubungan antara tema,bidang pengembangan dan kegiatan
  4. Menentukan pelaksanaan kegiatan dalam satu minggu dari hari senin s/d jumat atau sabtu

RKM model pembelajaran berdasarkan minat :  

  1. Memilih tema dan merinci sub tema 
  2.  Menentukan kegiatan sesuai dengan minat pada model pengembangan sudut/area/sentra
  3. Membuat matriks hubungan antara tema,sub tema dan kegiatan
  4. Menentukan aloksai waktu untuk setiap RKM
  5. Menentukan pelaksanaan kegiatan dalam satu minggu dari hari senin sampai jumat dan sabtu.

Perencanaan harian merupakan penjabaran dari RKM, RKH terdiri dari :

  1. Kegiatan pembukaan yang merupakan kegiatan pemanasan dan dilaksanakan secara klasikal.
  2. Kegiatan inti yang dapat mengaktifkan perhatian,kemampuan,social emosional,
  3. Istirahat makan merupakan kegiatan untuk mengisi kemampuan anak yang berkaitan dengan makan.
  4. Kegiatan penutup adalah kegiatan penenanganyang dilaksanakan secara klasikal.

Langkah-langkah penyusunan RKH model pembelajaran kelompok dengan kegiatan pengaman:

  1. Memilih indicator yang sesuai dalam RKM untuk dimasukkan ke RKH,penulisan indicator dalam RKH diberi keterangan bidang pengembangan.
  2. Memilih kegiatan kedalam kegiatan awal,kegiatan inti dan kegiatan akhir. Pada kegiatan inti kegiatan pembelajaran dibagi kelompok sesuai program yang direncanakan.
  3. Memilih metode yang sesuai dengan kegiatan yang dipilih
  4. Memilih alat/sumber belajar yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
  5. Memilih dan menyusun alat penilaian yang dapat mengukur ketercapaian indicator
  6. Merencanakan penataan lingkungan belajar dan bermain.

Langkah-langkah penyusunan RKH berdasarkan minat :

  1. Memilih dan menata kegiatan kedalam RKH
  2. Memilah kegiatan yang dipilih kedalam keg.awal,keg.inti dan kegiatan akhir
  3. Pada kegiatan inti,kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan minat (area) yangn akan dilaksanakan.
  4. Memilih metode yang sesuai dengan kegiatan yang dipilih.
  5. Memilih alat/sumber belajar yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
  6. Memilih dan menyusun alat penilaian yang dapat mengukur ketercapaian hasil belajar atau indicator.

Selasa, 18 Juni 2013

13 Model Pembelajaran Inovatif

7 komentar:
Pengertian Inovatif/Inovasi Pendidikan


Inovasi berasal dari kata latin, Innovation yang berarti pembaharuan dan perbuahan. Inovasi adalah suatu perubahan yang baru yang menuju kearah perbaikan yang lain atau berbeda dari yang sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan berencana (tidak secara kebetulan saja).
Ibrahim (1988) mengemukakan bahwa inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi, inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode, yang disarankan atau diamati sebagai hal yang baru bagi hasil seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil inverse (penemuan baru) atau discovery (baru ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan.
Demikian pula Ansyar, Nurtain (1991) mengemukakan inovasi adalah gagasan, perbuatan, atau suatu yang baru dalam konteks sosial tertentu untuk menjawab masalah yang dihadapi.
Selanjutnya dijelaskan bahwa sesuatu yang baru itu mungkin sudah lama dikenal pada konteks sosial lain atau sesuatu itu sudah lama dikenal, tetapi belum dilakukan perubahan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa inovasi adalah perubahan, tetapi tidak semua perubahan adalah inovasi.
Pembaharuan (inovasi) diperlukan bukan saja dalam bidang teknologi, tetap ijuga di segala bidang termasuk bidang pendidikan.pembaruan pendidikan diterapkan didalam berbagai jenjang pendidikan juga dalam setiap komponen system pendidikan.
Sebagai pendidik, kita harus mengetahui dan dapat menerapkan inovasi-inovasi agar dapat mengembangkan proses pembelajaran yang kondusif sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal.
Kemajuan suatu lembaga pendidikan sangat berpengaruh pada outputnya sehingga akan muncul pengakuan yang rill dari siswa, orang tua dan masyarakat. Namun sekolah/ lembaga pendidikan tidak akan meraih suatu pengakuan rill apabila warga sekolah tidak melakukan suatu inovasi di dalamnya dengan latar belakang kekuatan, kelemahan tantangan dan hambatan yang ada.
Menurut Santoso (1974), tujuan utama inovasi adalah, yakni meningkatkan sumber-sumber tenaga, uang dan sarana, termasuk struktur dan prosedur organisasi.
Tujuan Inovasi Pendidikan
 Tujuan inovasi pendidikan adalah meningkatkan efisiensi, relevansi, kualitas dan efektivitas: sarana serta jumlah pendidikan sebesar-besarnya (menurut criteria kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan pembangunana), dengan menggunakan sumber, tenga, uang, alat, dan waktu dalam jumlah yang sekecil-kecilnya.

Tahap demi tahap arah tujuan inovasi pendidikan Indonesia:

  1. Mengajar ketinggalan-ketinggalan yang dihasilkan oleh kemajuan-kemajuan ilmu dan teknologi sehingga makin lama pendidikan di Indonesia makin berjalan sejajara dengan kemjuan tersebut.
  2. Mengusahakan terselenggaranya pendidikan sekolah maupun luar sekolah bagi setiap warga Negara. Misalnya meningkatkan daya tampung usia sekolah SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi.
Gambar 1.1 Antusias Belajar Siswa dengan Model Pembelajaran yang Inovatif


Model Pembelajaran Inovatif


Berikut adalah model-model pembelajaran inovatif, yaitu:

A.  Model Examples Non Examples
 
Contoh dapat dari Kasus/Gambar yang Relevan dengan Kompetensi Dasar
Langkah-langkah :
  1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
  2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP/In Focus.
  3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar.
  4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
  5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
  6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
  7. Kesimpulan.


B.  Picture And Picture
 
Langkah-langkah :
  1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
  2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
  3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
  4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
  5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
  6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
  7. Kesimpulan/rangkuman.


C. Numbered Heads Together 
Langkah-langkah :
  1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
  2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
  3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya.
  4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
  5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
  6. Kesimpulan.


D.  Cooperative Script 
Metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari
 
Langkah-langkah :
  1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
  2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
  3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
  4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar : (a) Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap; (b) Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
  5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
  6. Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan guru.
  7. Penutup.


E.  Kepala Bernomor Struktur 
Langkah-langkah :
  1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
  2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai. Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
  3. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka.
  4. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain.
  5. Kesimpulan.


F.  Student Teams-Achievement Divisions (Stad)/Tim Siswa Kelompok Prestasi (Slavin, 1995)
 
Langkah-langkah :
  1. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll).
  2. Guru menyajikan pelajaran.
  3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
  4. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
  5. Memberi evaluasi.
  6. Kesimpulan.


G.  Jigsaw (Model Tim Ahli)/(Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And Snapp, 1978) 
Langkah-langkah :
  1. Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim.
  2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.
  3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.
  4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.
  5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
  6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
  7. Guru memberi evaluasi.
  8. Penutup.


H. Problem Based Introductuon (PBI)/(Pembelajaran Berdasarkan Masalah) 
Langkah-langkah :
  1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
  2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.).
  3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
  4. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
  5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.


I. Artikulasi 
Langkah-langkah :
  1. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
  2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
  3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
  4. Suruhlan seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
  5. Suruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
  6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa.
  7. Kesimpulan/penutup.


J. Mind Mapping 
Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban
 
Langkah-langkah :
  1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
  2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban.
  3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang.
  4. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi.
  5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru.
  6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru.


K.  Make – A Match (Mencari Pasangan) (Lorna Curran, 1994) 
Langkah-langkah :
  1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
  2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
  3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
  4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban).
  5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
  6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.
  7. Demikian seterusnya.
  8. Kesimpulan/penutup.


L. Think Pair And Share (Frank Lyman, 1985) 
Langkah-langkah :
  1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
  2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
  3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
  4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
  5. Berawal dari kegiatan tersebutmengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diuangkapkan para siswa
  6. Guru memberi kesimpulan
  7. Penutup


M.  Debat 
Langkah-langkah :
  1. Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yg lainnya kontra.
  2. Guru memberikan tugas untuk membaca materiyang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas.
  3. Setelah selesai membaca materi. Guru menunjuk salah satu anggotanya kelompok pro untuk berbicara saat itu ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
  4. Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan di papan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi.
  5. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap.
  6. Dari data-data di papan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.

Sumber :
  1. Indonesia Mengajar

Kamis, 13 Juni 2013

Empat Kategori Model Pembelajaran Inovatif

1 komentar:
A. Pengertian Model Pembelajaran

Secara khusus, model diartikan sebagai kernagka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian lain model juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda yang sesungguhnya, seperti globe yang merupakan moddel dari bumi tempat kita berada dan hidup sekarang ini.
Gambar 1.1 Pembelajaran Inovatif Menjadi Pilihan karena Mampu Menjadikan
Anak lebih Kreatif dan Percaya Diri

Dalam uraiaan selanjutnya, istilah "model" digunakan untuk menunjukkan pengertian yang pertama sebagai kerangka konseptual. Atas dasar pemikiran tersebut, yang disebut dengan "Model Pembelajaran" adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan serta melaksanakan aktifitas pembelajaran (Udin: 2001). Dengan demikian, aktivitas pembelajaran merupakan kegiatan yang tertata secara sistematis.
Sebagaimana ditegaskan oleh Joyce dan Weil (1986) bahwa hakikat mengajar atau Teaching adalam membantu siswa memperoleh ide, keterampilan, nilai, cara perfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar. Dalam kenyataanya, hasil akhir atau hasil jangka panjang dari proses pembelajaran adalah -"the student's increased capabilities to learn more easly and effectively in the future", yaitu siswa mengingkatkan kemampuannya untuk dapat belajar lebih mudah dan lebih efektif dimasa yang akan datang (Joyce dan Weil, 1986:1). Oleh karena itu proses pembelajaran tidak hanya memiliki makna deskriptif dan keterkinian, akan tetapi juga bermakna prospektif dan berorientasi masa depan.


B. Kategori Model Pembelajaran Inovatif

Dari hasil kajian terhadap berbagai model pembelajaran yang telah dikembangkan dan dites oleh para pakar pendidikan, Joyce dan Weil (1986) mengelompokkan model-model pembelajaran kedalam empat kategori, diantaranya adalah:
  1. Kelompok model pengolahan informasi.
  2. Kelompok model Personal.
  3. Kelompok model sosial.
  4. Kelompok model sistem prilaku.
Berkut adalah penjelasan dari ke empat model pembelajaran inovatif tersebut.

B.1. Kelompok Model Pengolahan Informasi (The Information Processing Model)

Model pembelajaran pengolahan informasi pada dasarnya menitikberatkan pada cara- cara memperkuat dorongan-dorongan internal (datang dari dalam diri) untuk memahami dunia dengan cara menggali dan mengordinasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan pemecahannya. Beberapa model dalam kelompok ini memberikan kepada para siswa sejumlah konsep, sebagian lagi menitikberatkan pada pembentukan konsep dan pengetesan hipotesis, dan sebagian lainnya memusatkan perhatian pada pengembangan kemampuan kreatif. Beberapa model sengaja dirancang untuk memperkuat kemampuan intelektual umum.

Gambar 1.2. Model Pembelajaran Pengolahan Informasi
Secara umum banyak dari model pengolahan informasi ini yang dapat diterapkan kepada sasaran belajar dari berbagai usia. Beberapa model yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah:
  1. Pencapaiaan konsep.
  2. Berfikir edukatif.
  3. Latihan penelitian.
  4. Pemandu awal.
  5. Memorisasi.
  6. Pengembangan Intelek, dan
  7. Penelitian ilmiah.

B.2. Kelompok Model Personal (Personal Models)

Disadari bahwa hidup manusia pada akhirnya terletak pada kesadaran individu. Manusia mengembangkan kepribadian yang unik dan melihat dunia dari sudut pandang unik pula yang merupakan hasil dari pengalaman dan kedudukannya. Pengertian umum merupakan hasil kesepakatan individu yang harus hidup, bekerja, dan membentuk lingkungan keluarga secara bersama-sama.
Model personal beranjak dari pandangan kedirian atau selfhood dari individu. Proses pendidikan ditujuakn untuk dapat memahami diri sendiri dengan baik, mimikul tanggung jawab untuk pendidikan, dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
Kelompok model personal memusatkan perhatian pada pandangan perseorangan dan berusaha menggalakan kemandirian yang produktif sehingga manusia menjadi semakin sadar dan bertanggung jawab atas tujuannya. Model-model pembelajaran dalam kelompok ini diantaranya adalah:
  1. Pengajaran tanpa arah.
  2. Sinektiks.
  3. Latihan kesadaran.
  4. Pertemuan kelas.


B.3. Kelompok Model Sosial (Social Model)

Harus diakui bahwa kerjasama merupakan salah satu fenomena kehidupan masyarakat. Dengan kerjasama, manusia dapat membangkitkan dan menghimpun tenaga atau energi secara brsama yang kemudian desebut dengan sinergi (Joyce dan Weil: 1986). 
Gambar 1.3 Model Pembelajaran Sosial (Perilaku Diskusi)

Kelompok mdoel sosial dirancang untuk memanfaatkan fenomena kerjasama. Model ini telah banyak diteliti dalam rangka pengetesan keberlakuannya. David serta Robert Johnson dan kawan-kawan (1974, 1981), mengkaji manfaat dari pengenggunaan corperative rewards atau hadiah yang diberikan atas suatu kerjasama, dan struktur tugas kerjasama atau cooperative task structure dalam suatu kegiatan kelompok. Hasilnya cukup meyakinkan, ternyata belajar bersama dapat membantu berbagai proses belajar. Namun demikian, hal ini tidaklah berarti model sosial dapat dipakai begitu saja. Hal yang harus dicatat ialah sinergi dapat memberikan keuntungan. Oleh karena itu, model sosial merupakan bagian penting dari proses pembelajaran secar keseluruhan. Kelompok model sosial ini diantaranya:
  1. Investigasi kelompok.
  2. Permainan peran.
  3. Penelitian jurisprudensial.
  4. Latihan laboratoris, dan
  5. Penelitian ilmu sosial.

B.4. Kelompok Model Sistem Perilaku (Behavioral Systems Models)

Dasar teoritik dari kelompok ini adalah teori-teori belajar sosial atau social learning theories. Model ini dikenal pula sebagai model modifikasi perilaku atau Behavioral Modification, terapi perilaku atau Behavioral Therapy, dan Sibernetika atau Cybernetics. Dasar-dasar pemikiran dari kelompok model ini adalah sistem komunikasi yang mengoreksi sendiri atau self-correcting communication systems yang memodifikasi perilaku dalam hubungannya dengan bagaimana tugas dijalankan dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan konsep bagaimana seseorang memberikan respon terhadap tugas dan umpan balik (feedback), para ahli psikologi, serta Skinner (1953) telah mempelajari bagaimana mengorganisasikan struktur tugas dan umpan balik agar dapat memberikan kemudahan terhadap hilangnya rasa takut pada diri seseorang. Bagaimana belajar membaca dan menghitung, mengembangkan keterampilan atletik dan sosial, menghilangkan rasa cemas dan cara santai, dan mempelajari keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang perlu bagi seorang pilot atau astronot. Oleh karena itu, model memusatkan perhatian pada perilaku yang terobsesi atau over behaviour, dan metode serta tugas yang diberikan dalam rangka mengkomunikasikan keberhasilan. Beberapa model yang termasuk kedalam kelompok ini diantaranya:

  1. Belajar tuntas.
  2. Pembelajaran.
  3. Belajar kontrol diri.
  4. Latihan pengembangan keterampilan dan konsep, serta
  5. Latihan intensif.

Daftar Pustaka
  1. Hermawan, H. 2006. Model-model Pembelajaran Inovatif, Bandung, Citra Paya.
  2. Joyce, B, dan Weil, M, 1986. Models of Teaching, New Jersey, Prentie-Hall, Inc.
  3. Skinner, D,F. 1953. Sciense and Human Behavior. New York: Mc. Milan Inc.

Rabu, 05 Juni 2013

Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)

7 komentar:
PENDAHULUAN

Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.

Gambar : Pembelajaran Model CTL
CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi.

Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning), yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan transfering diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara maksimal. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.

Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah  
"konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidu-pan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment)".


LANGKAH-LANGKAH CTL


CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut:
  1. Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
  2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
  3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
  4. Ciptakan masyarakat belajar.
  5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
  6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
  7. Lakukan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) dengan berbagai cara.

Karakteristik Pembelajaran CTL
  1. Kerjasama.
  2. Saling menunjang.
  3. Menyenangkan, tidak membosankan.
  4. Belajar dengan bergairah.
  5. Pembelajaran terintegrasi.
  6. Menggunakan berbagai sumber.
  7. Siswa aktif.
  8. Sharing dengan teman.
  9. Siswa kritis guru kreatif.
  10. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain.
  11. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain.

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, lang-kah-langkah pembelajaran, dan authentic assessment-nya.

Gambar: Pembelajaran Model CTL (Contextual Teaching and Learning)

Dalam konteks tersebut, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya. Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.

Beberapa komponen utama dalam pembelajaran Kontekstual menurut Johnson (2000: 65), yang dapat di uraikan sebagai berikut:


1. Melakukan hubungan yang bermakna (Making Meaningful Connections)  
Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung dari pembelajaran dan pengajaran kontekstual. Ketika siswa dapat mengkaitkan isi dari mata pelajaran akademik, ilmu pengetahuan alam. Atau sejarah dengan pengalamannya mereka sendiri, mereka menemukan makna, dan makna memberi mereka alasan untuk belajar. Mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan seseorang membuat proses belajar menjadi hidup dan keterkaitan inilah inti dari CTL.


2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti (Doing Significant Works)
Model pembelajaran ini menekankan bahwa semua proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas harus punya arti bagi siswa sehingga mereka dapat mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan siswa.


3. Belajar yang diatur sendiri (Self-Regulated Learning)
Pembelajaran yang diatur sendiri, merupakan pembelajaran yang aktif, mandiri, melibatkan kegiatan menghubungkan masalah ilmu dengan kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang berarti bagi siswa. Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada siswa menggunakan gaya belajarnya sendiri.


4. Bekerjasama (collaborating) Siswa dapat bekerja sama.

Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi.


5. Berpikir kritis dan kreatif (Critical dan Creative Thinking)

Pembelajaran kontekstual membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, nerpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian, ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu.


6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (Nuturing The Individual)Dalam pembelajaran kontekstual siswa bukan hanya mengembangkan kemampuan-kemampuan intelektual dan keterampilan, tetapi juga aspek-aspek kepribadian: integritas pribadi, sikap, minat, tanggung jawab, disiplin, motif berprestasi, dsb. Guru dalam pembelajaran kontekstual juga berperan sebagai konselor, dan mentor. Tugas dan kegiatan yang akan dilakukan siswa harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya.


7. Mencapai standar yang tinggi (Reaching High Standards)Pembelajaran kontekstual diarahkan agar siswa berkembang secara optimal, mencapai keunggulan (excellent). Tiap siswa bisa mencapai keunggulan, asalkan sia dibantu oleh gurunya dalam menemukan potensi dan kekuatannya.


8. Menggunakan Penilaian yang otentik (Using Authentic Assessment)
Penilaian autentik menantang para siswa untuk menerapkan informasi dan keterampilan akademik baru dalam situasi nyata untuk tujuan tertentu. Penilaian autentik merupakan antitesis dari ujian stanar, penilaian autentik memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka sambil mempertunjukkan apa yang sudah mereka pelajari.

Sumber :
  1. Pustaka Depdiknas. Direktorat Pembinaan SMA. 2009. Pengembangan Pembelajaran Yang Efektif. Bahan Bimbingan Teknis KTSP. Jakarta. Ibrahim R, Syaodih S Nana. 2003.
  2. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
  3. Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Semoga bermanfaat..